ASAM dan BASA
oleh: Mohamad Nur Ikhwan , Maya Malikha (mahasiswa tadris kimia 2010 IAIN Walisongo Semarang)
1.
Teori-teori Asam Basa
Pada
tahun 1777, Lavoisier telah menyatakan bahwa asam selalu mengandung unsur
oksigen sehingga Lavoisier menyimpulkan bahwa penyebab asam adalah oksigen.
Pada tahun 1810, Davy menunjukkan bahwa asam hidroklorida mengandung hidrogen
dan klorin, tidak mengandung oksigen. Oleh karena itu, Davy menyimpulkan bahwa
penyebab asam adalah hidrogen.
Teori tentang penyebab asam basa ini
terus berkembang sehingga pada tahun 1884, Svante Arrhenius mengemukakan konsep
yang masih diterima sampai sekarang.
1.
Teori Asam Basa
Arrehenius
Menurut Svante Arrhenius, asam adalah
suatu senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan memberikan ion hidrogen (
H+), sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air
akan memberikan ion hidroksida (OH-). Contoh asam menurut Arrhenius
adalah senyawa HCl karena dalam air akan bereaksi sebagai berikut:
HCl(aq) → H+
(aq) + Cl-(aq)
Contoh basa menurut Arrhenius adalah senyawa NaOH karena dalam air
terjadi reaksi sebagai berikut.
NaOH(aq) →
Na+ (aq) + OH-(aq)
Ion H+ merupakan pembawa
sifat asam sedangkan ion negatif (anion) dari suatu asam disebut ion
sisa asam. Ion OH- merupakan pembawa sifat basa,
sedangkan ion positif (Kation) disebut ion sisa basa. Jumlah mol ion H+
dari ionosasi 1 mol asam disebut valensi asam, sedangkan jumlah mol ion
OH- dari ionisasi 1 mol basa disebut valensi basa. Berikut
ini tabel tentang asam basa beserta reaksi ionisasinya.
Tabel
Beberapa Jenis Asam
Rumus Senyawa Asam
|
Nama Asam
|
Reaksi Ionisasi
|
Valensi Asam
|
Sisa asam
|
Asam Nonoksi
HF
HCl
HBr
Asam Oksi
HClO
H2CO3
HNO2
Asam Organik
HCOOH
CH3COOH |
Asam flourida
Asam klorida
Asam bromida
Asam hipoklorit
Asam karbonat
Asam nitrit
Asam format
Asam asetat
|
HF → H+ + F-
HCl → H+ + Cl-
HBr → H++ Br-
HClO → H++ ClO-
H2CO3→H++ CO32-
HNO2→ H+ + NO2-
HCOOH → HCOO- + H+
CH3COOH→ CH3COO-+ H+
|
1
1
1
1
2
1
1
1
|
F-
Cl-
Br-
ClO-
CO32-
NO2-
HCOO-
CH3COO-
|
Tabel beberepa jenis basa
Rumus Senyawa Basa
|
Nama Basa
|
Reaksi Ionisasi
|
Valensi Basa
|
Sisa Basa
|
NaOH
KOH
Be(OH)2
Mg(OH)2
Ba(OH)2
|
Natrium hidroksida
Kalium hidroksida
Berilium hidroksida
Magnesium hidroksida
Barium hidroksida
|
NaOH→Na+ + OH-
KOH → K+ + OH-
Be(OH)2→Be2++2OH-
Mg(OH)2→Mg2++2OH-
Ba(OH)2→Ba2+ + 2OH-
|
1
1
2
2
2
|
Na+
K+
Be2+
Mg2+
Ba2+
|
Teori Arrhenius memiliki keterbatasan, yaitu hanya
dapat menjelaskan asam basa senyawa anorganik dalam larutan air.
Senyawa-senyawa yang dapat yang dapat dijelaskan adalah senyawa-senyawa yang memiliki jenis rumus kimia HX untuk
asam dan LOH untuk basa. Teori Arrhenius tidak dapat menjelaskan alasan
HCl bersifat asam dalam pelarut eter. Teori itu juga tidak dapat menanjelaskan
kenyataan bahwa CO2 dalam air bersifat asam atau NH3
dalam air bersifat basa. Fakta menunjukkan bahwa HClO4 bersifat asam
dalam larutan air dan dalam pelarut bukan air, misalnya dalam pelarut asam cuka
glasial dan amonia cair. Dari fakta-fakta tersebut diperkirakan bahwa ion H+
mempunyai peranan yang istimewa dalam menentukan sifat asam.
2.
Teori Asam Basa
Bronstrd-Lowry
Pada tahun 1923, J.N. Bronsted dari
Denmark dan T.M. Lowry dari Inggris secara terpisah dalam waktu yang bersamaan
mengajukan konsep tentang asam dan basa. Konsep ini kemudian lebih dikenal
dengan konsep asam basa Bronsted Lowry yang isinya adalah sebagai berikut.
Asam
adalah spesi yang dapat memberikan proton( donor proton)
Basa
adalah spesi yang dapat menerima proton ( akseptor proton)
Konsep asam basa Bronsted Lowry memberikan pengertian tentang asam basa yang
didasarkan pada kemampuan memberi atau menerima proton. Dalam pengertian lebih
luas, reaksi antara asam dan basa merupakan reaksi berdasarkan pemindahan
proton. Seperti yang telah kita bahas di atas, HCl dapat terionisasi dalam air,
tetapi HCl tidak terionisasi dalam eter. Kenyataan yang sebenarnya adalah HCl
memberi proton (ion H+) dalam air dan air dapat menerima proton
tersebut. Akan tetapi, berbeda dengan larutan HCl dalam eter. Eter tidak dapat
menerima ( mengikat) proton HCl. Reaksi
HCl dalam air adalah sebagai berikut.
HCl(aq) + H2O(l) → Cl-(aq) + H3O+(
aq
HCl (asam) setelah memberi proton
(ion H+) berubah menjadi spesi baru yang disebut basa konjugasi dari
asam tersebut. H2O (basa) setelah menerima proton berubah menjadi
spesi baru yang disebut asam konjugasi dari basa tertentu. Hal itu dapat kita
tulis sebagai berikut.
Asam → H+ + basa konjugasi.
Basa + H+ → asam konjugasi.
Spesi yang baru disebut basa
konjugasi dari asam semula karena spesi tersebut dapat menyerap proton dan
kembali membentuk asam mula-mula , begitu pula asam konjugasi dari basa semula
karena spesi tersebut dapat memberi proton dan kembali membentuk basa
mula-mula. Dengan demikian, reaksi asam basa Bronsted lowry mempunyai dua
pasang asam basa konjugasi. Pasangan asam basa konjugasinya disebut asam 1
dan basa 1, sedangkan pasangan basa dengan asam konjugasinya
disebut basa 2 dan asam 2.
Contoh pemakaian konsep asam basa
Bronsted-Lowry lainnya seperti reaksi berikut.
a.
NH3(aq)
+ H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
b.
HClO4(aq)
+ H2O(l) → ClO4-(aq) + H3O+(aq)
Dengan adanya konsep asam basa
Bronsted-Lowry dapat kita pahami bahwa larutan asam atau larutan basa tidak
terbatas dalam pelarut air saja. Pemahaman lain adalah asam atau basa tidak
hanya berupa molekul, tetapi juga berupa ion ( kation atau anion).
Keunggulan teori asam basa
Bronsted-Lowry dibandingkan dengan Arrhenius dapat kita ringkas sebagai
berikut:
a.
Teori Arrhenius
hanya mencakup zat anorganik dan pelarut air saja. Teori Bronsted-Lowry
mencakup zat anorganik dan zat organik serta bukan hanya pelarut air saja,
melakukan pelarut lain, misalnya pelarut eter, amonia, dan asam asetat.
b.
Teori Arrhenius
hanya mencakup zat berupa molekul atau
senyawa ion saja. Teori Bronsted-Lowry mencakup molekul, senyawa ion,
dan ion( kation dan kation). Misalnya, CH3COONa bersifat basa, karena
ion CH3COO- dalam air dapat ion H+ dari air.
3.
Teori Asam Basa
Lewis
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah
spesi pemberi ion H+ dan basa adalah spesi penerima ion H+.
Bagaimanakah dengan zat-zat yang bersifat asam dan bersifat amfiprotik(tidak
mengandung hidrogen), seperti BF3, SO3, Al3+,
dan lain-lain? Konsep Bronsted-Lowry tidak mampu menjelaskan hal tersebut. Oleh
karena itu, asam basa terus berkembang.
Pada tahun 1932, seorang kimiawan
Amerika Serikat yang bernama G.N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih
luas, yaitu sebagai berikut.
Asam adalah spesi yang bertindak sebagai penerima elektron(akseptor
elektron = elektrofil)
Basa adalah spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron
(donor elektron = nukleofil)
Perbandingan antara Teori Arrhenius,
Bronsted Lowry, dan Lewis
perhatikan reaksi antara HCl dan NaOH berikut ini.
HCl +
NaOH → H2O +
NaCl
Asam basa air garam
Menurut Arrhenius, HCl adalah asam dan NaOH
adalah basa. Menurut Bronsted-Lowry, H3O+ adalah asam dan
OH- adalah basa. Menurut Lewis, H+ adalah asam dan OH-
adalah basa, karena proton menerima sepasang elektron bebas yang diberikan oleh
OH- dalam reksi berikut ini.
H+(aq) +
OH-(aq)
→ H2O(l)
Asam basa
Teori Lewis ini mencakup teori
Arrhenius dan teori Bronsted-Lowry. Akan tetapi, Lewis melangkah lebih jauh
dengan menganggap reaksi asm basa merupakan reaksi searah teima ( transfer)
pasangan elektron. Menurut Lewis, basa adalah spesi yang memiliki sepasang
elekron atau lebih, yang bebas dan dapat diberikan kepada zat lain sehingga
terbentuk suatu ikatan kovalen koordinasi. Di sisi lain, asam adalah spesi yang
dapatmenerima pasangan elektron tersebut.
2.
Sifat Asam Basa Dari Air
Air,
sebagaimana kita ketahui, merupakan pelarut yang unik. Salah satu sifat khasnya
adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai asam maupun basa, air berfungsi sebagai basa dalam
reaksi dengan asam-asam HCl dan CH3COOH. Air merupakan elektrolit
yang sangat lemah dan dengan demikian merupakan penghantar listrik yang buruk.
Tetaannya bahwa air menghantar arus
listrik dengan lemah menunjukkan bahwa beberapa ion terkandung didalamnya.
Menurut Arrhenius, ion-ion yang terbentuk melalui ionisasi dari molekul-molekul
air sendiri adalah H+ dan OH-.
2H2O(l)
→ H3O+(aq) + OH-(aq) atau H2O(l) → H+(aq)
+ OH-(aq)
Hasilkali Ion dari Air
Ketika
mempelajari reaksi asam basa dalam larutan berair, kuantitas yang penting
adalah konsentrasi ion hidrogen. Dengan menyatakan proton sebagai H3O+
atau H+, kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan untuk
autoionisasi air, persamaannya adalah sebagai berikut.
Kc = [H3O+][OH-] atau
Kc = [H+][OH-]
[H2O] [H2O]
Karena fungsinya molekul air yang terionisasi sangat kecil,
konsentrasi air, yaitu [H2O], hampir-hampir tidak berubah. Dengan
demikian,
Kc = [H2O] = Kw = [H+][OH-]
Konstanta kesetimbangan Kw
dinamakan konstanta hasilkali ion, yakni hasilkali antara konsentrasi
molarbion H+ dan ion OH- pada suhu tertentu.
Dalam air murni pada suhu 25ºC,
konsentrasi H+ sama dengan konsentrasi ion OH- dan
diketahui sebesar [H+] = 1,0 x 10-7M dan [OH-]
= 1,0 x 10-7m. Jadi:
Kw = (1,0 x 10-7)(1,0 x 10-7) = 1,0 x10
-14
Perhatikan bahwa naik untuk air murni ataupun untuk suatu larutan
spesi terlarut, hubungan berikut selalu berlaku suhu 25ºC.
Kw = [H+][OH-]
= 1,0 x 10-14
Apabila [H+] = [OH-], larutan berair
dikatakan netral. Dalam larutan asam terdapat kelebihan ion H+ dan
[H+] > [OH-]. Dalam larutan basa ada kelebihan ion
hidroksida sehingga [H+] < [OH-]. Dalam praktinya kita
dapat mengubah konsentrasi ion H+ atau OH- dalam larutan,
tetapi kita tidak dapat mengubahnya secara sendiri-sendiri. Jika kita
menyesuaikan larutan supaya [H+] = 1,0 x 10-16 M,
konsentrasi [OH-] harus berubah menjadi:
[OH-] = Kw
[H+]
= 1,0 x 10-14 = 1,0
x 10-8 M
1,0 x 10-6
Contoh soal:
Konsentrasi ion OH- dalam larutan amonia pembersih rumah
tangga adalah 0,00025 M.
Hitunglah konsentrasi ion H+.
Penjelasan dan penyelesaian:
[H+]
= Kw
[OH-]
= 1,0 x 10-14 = 4,0
x 10-12 M
0,00025
3.
PH- Suatu Ukuran Keasaman
Karena
konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan sering kali sangat kecil dan karenanya sulit diukur,
biokimiawan Denmark Soren Sorensen pada tahun 1909 mengajukan cara pengukuran
yang lebih praktis yang disebut pH. pH suatu larutan didefinisikan
sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter)
PH = -log [H3O+] atau
pH = -log [H+]
Dalam
sebagian besar kasus, logaritma negatif menghasilkan angka positif untuk pH, di
mana logaritma positif sebaliknya akan menghasilkan angka negatif karena kecinya nilai [H+]. Selain
itu, suku [H+] berlaku hanya untuk bagian numerik pada
persamaan konsentrasi ion hidrogen, sebab kita dapat melogaritma satuan. Jadi,
seperti halnya konstanta kesetimbangan, pH larutan tak berdimensi.
Karena
pH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk smenyatakan ion hidrogen, larutan asam dan basa pada suhu
25ºC dapat definisikan berdasarkan nilai pH-nya, seperti berikut:
Larutan asam : [H+] >
1,0 x 10-7 M, pH < 7,00
Larutan basa : [H+]
< 1,0 x 10-7 M, pH >
7,00
Larutan netral : [H+] = 1,0 x 10-7 M, pH = 7,00
Perhatikan
bahwa pH meningkat dengan menurunnya [H+].
Skala
pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat dengan menggunakan logaritma
negatif dari konsentrasi ion hidroksida. Jadi, kita mendifinisikan pOH sebagai:
pOH = - log [OH-]
sekarang
lihat lagi konstanta hasil ion untuk air:
[H+][OH-]
= Kw = 1,0 x 10- 14
Dengan
menghitung logaritma negatif kedua sisi, kita peroleh
-(log
[H+] + log [OH-]) = -log
(1,0 x 10-14)
-(log
[H+] - log [OH-]) =
14,00
Dari
definisi pH dan pOH kita peroleh
pH + pOH = 14,00
persamaan
diatas merupakan cara lain untuk menyatakan hubungan antara konsentrasi ion H+
dan konsentrasi ion OH-.
Contoh
soal:
pH
air hujan yang dikumpulkan di daerah tertentu di timur laut Amerika Serikat
pada suatu hari tertentu adalah 4,82. Hitunglah konsentrasi ion H+
dari air hujan itu.
Penjelasan
dan penyelesaian:
pH
= - log [H+]
4,82
= - log [H+]
Dengan
menghitung antilog dari kedua sisi dihasilkan:
[H+] = 10-4,82
M = 1,5 x 10-5
4.
Kekuatan Asam Basa
Asam
kuat adalah elektrolit kuat yang untuk kebanyakan tujuan praktis, dianggap
terionisasi sempurnadalam air. Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik, asam
klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam perklorat(HClO4)
dan asam sulfat (H2SO4).
HCl(aq) + H2O(l)
→ H3O+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) + H2O(l) → H3O+(aq)
+ NO-3(aq
HClO4(aq) + H2O(l)
→ H3O+(aq) + ClO-(aq)
H2SO4(aq) + H2O(l)
→ H3O+(aq) + HSO-4(aq)
Perhatikan
bahwa H2SO4 adalah asam diprotik, yang kita lihat di sini hanyalah tahap
pertama ionisasi. Pada kesetimbangan, molekul asam kuat terionisasi semua.
Kebanyakan
asam terionisasi hanya sedikit dalam air. Asam sepert i ini di golongkan ke
dalam asam lemah. Pada kesetimbangan, larutattan berair di asam lemah
mengandung campuran antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+,
dan basa konjugat. Contoh asam lemmah lain antara lain: asam hidroflouriat(HF),
asam asetat (CH3COOH), dan ion amonium(NH+4).
Kekuatan asam lemah sangat beragam karena derajat ionisasi. Terbatasnya
ionisasi asam lemah berkaitan dengan konstanta kesetimbangan ionisasi, yang
akan kita pelajari pada bagian berikutnya.
Apa
yang dibahas mengenai asam kuat juga berlaku pada basa kuat, yang mencakup
hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah tertentu, seperti NaOH,
KOH, dan Ba(OH)2. Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang
terionisasi sempurna di air.
NaOH(s) → Na+(aq)
+ OH-(aq)
KOH(s) → K+(aq) + OH-(aq)
Ba(OH)2(s) → Ba2+(aq)
+ 2OH-(aq)
Basa
lemah, sama seperti asam lemah, adalah elektrolit lemah. Amonia adalah basa
lemah, yang sangat sedikit terionisasi dalam air.
NH3(aq)
+ H2O(l) → NH+4(aq)
+ OH-(aq)
Beberapa pasangan asam-basa konjugat dalam urutan berdasarkan
kekuatannya. Ingatlah beberapa hal penting berikut:
·
Jika asamnya
kuat, basa konjugatnya sangat lemah.
·
H3O+
iaerlah asam tekuat yang dapat berada dalam larutan berair. Asam-asam yang
lebih kuat dari pada H3O+ bereaksi dengan air
menghasilkan H3O+ dan basa konjugatnya. Jadi, HCl yang
merupakan asam yang lebih kuat dari pada H3O+, bereaksi
dengan air secara sempurna membentuk H3O+ dan Cl-.
HCl(aq) + H2O(l)
→ H3O+(aq) + Cl-(aq)
Asam yang lebih lemah dari pada H3O+ bereaksi
dengan air jauh lebih sedikit, menghasilkan H3O+ dan basa
konjugatnya. Sebagai contoh, kesetimbangan berikut ini cenderung bergeser ke
sebelah kiri.
HF(aq)
+ H2O(l) → H3O+(aq)
+ F-(aq)
·
Ion OH-
adalah basa terkuat yang dapat berada dalam larutan berair. Basa yang lebih
kuat dari pada OH- bereaksi dengan air menghasilkan OH-
dan asam konjugatnya. Sebagai contoh, ion oksida (O2-) ialah basa
yang lebih kuat dari pada OH-, sehingga ion bereaksi sempurna dengan
air sebagai berikut:
O2-(aq)
+ H2O(l) → 2OH-(aq)
Dengan
alasan ini ion oksida tidak ada dalam larutan berair.
(perhatikan
bahwa salah satu dari dua ion OH- yang dihasilkan ternyata adalah
asam konjugat dari ion O2-).
5.
Asam Lemah dan Konstanta Ionisasi Asam
Sebagaimana
telah kita lihat sebagian besar asam adalah asam lemah. Mari kita asumsikan
suatu suatu asam monoprotik lemah HA. Ionisasinya dalam air adalah
HA(aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + A- (aq)
Atau lebih sederhananya
HA(aq) H+ (aq) + A- (aq)
Konstanta kesetimbangan untuk ionisasi asam ini yang kita namakan konstanta ionisasi asam Ka, dinyatakan sebagai
atau
Pada
suhu tertentu, kekuatan asam HA diukur secara kualitatif dengan Ka. Semakin
besar Ka, semakin kuat asamnya-artinya, semakin tinggi konsentrasi ion H+ pada
kesetimbangan karena ionisasinya.
Karena
ionisasi asam lemah tidak pernah sempurna, semua spesi berada pada
kesetimbangan. Kita dapat menghitung Ka dari konsentrasi awal asam
dan pH larutan, dan kita dapat menggunakan Ka dan konsentrasi awal
asam untuk menghitung konsentrasi kesetimbangan semua spesi dan pH larutan.
Dalam menghitung konsentrasi kesetimbangan asam lemah, pada dasarnya kita
mengikuti prosedur seperti berikut:
1) Nyatakan konsentrasi kesetimbangan dari semua spesi dalam
konsentrasi-konsentrasi awalnya dan satu bilangan tak diketahui x, yang menyatakan perubahan
konsentrasi.
2) Tulisakan konstanta ionisasi asam dalam konsentrasi-konsentrasi kesetimbangannya,
dengan mengetahui Ka kita dapat menentukan x.
3) Setelah menemukan x, hitunglah
konsentrasi kesetimbangan dari semua spesi dan/atau pH larutan.
Persen Ionisasi
Kita
telah mengetahui bahwa besarnya Ka menyatakan kekuatan asam, cara
lain untuk mengetahui kekuatan asam ialah mengukur persen ionisasi, yaitu:
Semakin kuat asam, semakin besar persen ionisasi. Untuk asam
monoprotik HA, konsentrasi asamyang mengalami ionisasi sama dengan konsentrasi
ion H+ atau konsentrasi A- pada
kesetimbangan. Jadi, kita dapat menuliskan persen ionisasi sebagai
Dimana [H+] adalah konsentrasi pada
kesetimbangan dan [HA]0 adalah konsentrasi awal.
Banyaknya
asam lemah yang terionisasi bergantung pada konsentrasi awal asam, semakin
encer larutan, semakin besar persen ionisasi. Dari segi kualitatif bila suatu asam diencerkan, mula-mula jumlah
patikel per unit volume akan menurun. Berdasarkan asas Le Châtelier, untuk
mengkompensasi “tekanan” ini (pengenceran), kesetimbangan bergeser dari asam
yang tak terionisasi ke H+ dan basa konjugatnya untuk menghasiolkan
lebih banyak partikel (ion).
Asam Diprotik dan Poliprotik
Asam diprotik dan asam
poliprotik bisa menghasilkan lebih dari satu ion hydrogen per molekul.
Asam-asam ini terionisasi secara bertahap, artinya, protonnya dilepas satu per
satu, persamaan konstanta ionisasinya dapat ditulis untuk setiap tahap
ionisasinya. Akibatnya, dua atau lebih persamaan konstanta kesetimbangan harus
digunakan untuk menghitung konsentrasi-konsentrasi spesi dalam larutan asamnya.
Sebagai contoh, untuk H2CO3 kita tuliskan
H2CO3(aq) H+ (aq) +
HCO32-(aq)
H2CO3-(aq) H+ (aq) + CO32-(aq)
Perhatikan bahwa basa
konjugat pada tahap ionisasi pertama menjadi asam pada tahap ionisasi kedua. Untuk
asam tertentu, konstanta ionisasi pertama jauh lebih besar daripada konstanta
ionisasi kedua, dan seterusnya. Kecenderungan ini masuk akal karena lebih mudah
memindahkan satu ion H+ dari molekul netral dibandingkan memindahkan
ion H+ berikutnya dari ion bermuatan negative yang diturunkan dari
molekul itu.
Asam fosfat (H3PO4)
merupakan asam poliprotik peting dengan tiga atom hydrogen yang dapat
terionisasi:
H3PO4 (aq)
H+ (aq) + H2PO4-
(aq) = 7,5×10-3
H2PO4- (aq) H+ (aq) + HPO42-
(aq) = 6,2×10-8
HPO3 (aq) H-
(aq) + HPO43- (aq) = 4,8×10-13
Kita lihat bahwa asam fosfat
adalah asam poliprotik lemah dan bahwa konstanta ionisasinya sangat menurun
untuk tahap kedua dan ketiga, jadi kita dapat memprediksi bahwa, dalam suatu
larutan yang mengaandung asamfosfat, konsentrasi asam yang tidak terionisasi
sangatlah tinggi, dan spesi lain yang ada dalam konsentrasi yang tinggi
hanyalah ion H+ dan ion H2PO4-.
6.
Basa Lemah dan Konstanta Ionisasi Basa
Basa
lemah diperlakukan seperti asam lemah. Ketika ammonia dilarutkan dalam air,
ammonia mengalami reaksi
NH3 (aq) +
H2O(l) NH4
(aq) + OH-(aq)
Terbentuknya
ion hidrokarbon dalam reaksi ionisasi
basa ini menandakan bahwa, dalam larutan ini pada suhu 25˚C, [OH-]>[H+],
dan dengan demikian pH > 7.
Jika
dibandingkan dengan konsentrasi total dari air, sangat sekali molekul air yang
terpakai oleh reaksi, sehingga kita dapat memperlakukan [H2O]
sebagai suatu konstanta, jadi kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan
sebagai:
=1,8 × 10-5
Dimana Kb, Konstanta Kesetimbangan
untuk ionisasi basa, dinamakan konstanta ionisasi basa.
Dalam memecahkan soal-soal
yang melibatkan basa, kita mengikuti prosedur yang sama dengan yang kita
gunakan untuk asam lemah. Perbedaan utamanya adalah bahwa kita menghitung [IOH-]
dulu, bukan [H+].
7.
Hubungan Antara Konstanta-konstanta Ionisasi Asam-Basa Konjugat
Satu
hubungan penting antara konstanta ionisasi asam dan konstanta ionisasi dari
basa konjugatnya dapat diturunkan sebagai berikut, menggunakan asam asetat
sebagai contoh:
CH3 COOH(aq)
H+(aq) + CH3COO-(aq)
Basa konjugatnya, CH3COO-, bereaksi dengan
air berdasarkan persamaan
CH3 COO-(aq)
+ H2O(l) CH3COOH(aq)
+ OH-(aq)
Dan kita dapat menuliskan konstanta ionisasi basanya sebagai
hasil kali dari dua konstanta ionisasi ini adalah
=
Kw
8.
Sifat Asam-Basa dari Garam
Garam yang Menghasilkan
Larutan Basa
Memang
benar pada umumnya bahwa garam yang mengandung ion logam alkali atau logam
alkali tanah (kecuali Be2+)
dan basa konjugat suatu asam tidak mengalami hidrolisis dalam jumlah
banyak, dan larutannya dianggap netral. Misalnya, bila NaNO3, suatu
garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH3, larut dalam air, garam ini
terurai sempurna menjadi
NaNO3(s)
→ Na+(aq)
+ NO3-(aq)
Ion Na+
terhidrasi tidak memberikan pun tidak juga menerima ion H+. Ion No3-
adalah konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas
untuk ion H+. Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan
NO3+ akan netral, dengan pH 7.
Garam yang Menghasilkan
Larutan Basa
Penguraian natrium asetat (CH3COONa)
dalam air menghasilkan
CH3COONa(s) → Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Ion Na+ yang dihasilkan tidak memiliki sifat asam
ataupun sifat basa. Namun ion asetat CH3COO- adalah basa
konjugat dari asam lemah CH3COOH dan dengan demikian memiliki
afinitas untuk ion H+. Reaksi hidrolisisnya diberikan sebagai
CH3COO-(aq)+ H2O(l) CH3COOH(aq)
+ OH-(aq)
Karena reaksi ini menghasilkan ion OH-, larutan natrium
asetat akan bersifat basa. Konstanta kesetimbangan untuk reakksi hidrolisis ini
adalah persamaan konstanta ionisasi basa untuk CH3COO-,
sehingga kita tuliskan.
Garam yang Menghasilkan
Larutan Asam
Ketika garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah larut dalam
air, larutannya menjadi larutan asam, sebagai contoh lihat proses:
NH4Cl(s) → NH4+(aq)
+ Cl-
Ion Cl- tidak mempunyai afinitas untuk ion H+,
ion ammonium NH4+. Adalah asam konjugat lemah dari basa
lemah NH3 dan terionisasi menjadi:
NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq)
Atau sederhananya
NH4+(aq) NH3(aq) + H+(aq)
Karena reaksi ini menghasilkan ion H+, pH larutan
menurun. Sebagaimana anda lihat, hidrolisis ion NH4+ sama
dengan ionisasi asam NH4+. Konstanta kesetimbangan untuk
proses ini adalah:
= = = 5,6
Dalam memecahkan soal-soal hidrolisis garam, kita mengikuti
prosedur yang sama dengan yang kita gunakan untu asam lemah dan basa lemah.
Hidrolisis Ion Logam
Garam yang mengandung kation logam yang berukuran kecil dan
bermuatan tinggi (misalnya Al3+, Cr3+, Fe3+,
Bi3+ dan Be 2+) dan basa konjugat dari asamkuat juga
menghasilkan larutan asam. Misalnya, ketika alumunium klorida (AlCl3)
larut dalam air, ion Al3+ mengambil bentuk terhidrasi Al(H2O)63+
Ion bermuatan positif Al 3+ menarik rapatan electron
kearah dirinya sehingga menyebabkan ikatan O-H semakin polar. Akibatnya, atom H
memiliki kecendurungan lebih besar untuk terionisasi dibandingkan atom
hidrogren yang ada dalam molekul air yang tidak terlibat dalam hidrasi. Proses
ionisasi hasilnya dapat dituliskan sebagai:
Al (H2O)63+(aq) +
H2O(l) Al
(OH)(H2O)52+(aq) + H3O+(aq)
Atau sederhananya
Al (H2O)63+(aq) Al (OH)(H2O)52+(aq) + H+(aq)
Konstanta kesetimbangan untuk hidrolisis kation logan adalah
= 1,3
Garam yang Kation dan
Anionnya Terhidrolisis
Sejauh kita telah membahas garam yang salah satu ionnya saja
terhidrolisis. Untuk garam yang berasaldari asam lemah dan basa lemah, baik
kation dan anionnya terhidrolisis. Namun, apakah larutan yang mengandung garam
seperti itu bersifat asam, basa , atau netral bergantung pada kekuatan relative
asam lemah dan basa lemah tersebut, karena matematika yang berhubungan dengan
jenis sistem ini agak rumit, hanya prediksi-prediksi kualitatif saja yang
dibuat tentang larutannya, kita perhatikan 3 situasi :
·
Kb > Ka.
Jika Kb untuk anion lebih besar dari Ka untuk kation,
maka larutan haruslah basa karena anion terhidrolisis jauh lebih banyak
daripada kation. Pada kesetimbangan, akan lebih banyak ion OH-
disbanding ion H+.
·
Kb < Ka.
sebaliknya jika Kb lebih kecil dari Ka kation, larutan
akan merupakan larutan asam karena hidrolisis kation akan lebih banyak
dibandingkan hidrolisis anionnya.
·
Ka ≈ Kb.
JIka Ka kira-kira sama dengan Kb larutannyaris netral.
9.
Oksida Asam, Basa, dan Amfoterik
Pada rumus sejumlah oksida dari unsur-unsur utama dalam bilanagan
oksidasinya yang tertinggi. Perhatikan bahwa oksida logam alkali dan semua
oksida alkali tanah kecuali BeO adalah basa. Berilium oksida dan beberapa
oksida logam golongan 3A dan 4A aadalah oksida amfoterik. Oksida nonlogam
yang bilangan oksida unsure utamanya tinggi adalah oksida asam (misalnya, N2O5,
SO3, dan Cl2O7). Oksida nonlogam yang bilangan
oksida unsut utamanya rendah (misalnya, CO dan NO) tidakmenunjukkan sifat asam
yang kentara. Tidak ada oksida non logam yang diketahui memiliki sifat basa.
Oksida logam basa bereaksi dengan air membentuk hidroksida logam
Na2O(s) + H2O(l) → 2NaOH(aq)
BaO(s) + H2O(l) → Ba(OH)2(aq)
Reaksi antara oksida asam dan air adalah
CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
N2O5(g) + H2O(l) → 2HNO3(aq)
P4O10(g) + 6H2O(l) → 4H3PO4(aq)
Reaksi antara oksida asam dan basa dan reaksi antara oksida basa
dan asam menyerupai reaksi asam basa normal dalam hal produknya, yaitu garam
dan air.
CO2(g) +
2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) +
H2O(l)
oksida asam basa garam air
BaO(s) +
2HNO3(aq) → Ba2(NO3)2(aq) +
H2O(l)
oksida asam basa garam air
0 komentar:
Posting Komentar