By: Dresz semuth lovyandreaniv
Scene 1
Di ruang tugas kejaksaan
negeri, lalan menunggu seorang tamu
Aini
(mengetuk pintu)” permisi,
assalamualaikum)
Lalan
“iya, silahkan masuk”
Aini
“terimakasih pak, perkenalkan
nama saya aini, saya seorang wartawan LPM”
Lalan
“iya, ada maksud apa ade
mengunjungi kantor kami?”
Aini
“begini pak, saya ingin menenyakan tentang kasus
human traifiking dan pembunuhan keluarga loofy yang 10 th yang lalu bapak
tutup”
Lalan
“apa yang ingin kamu ketahui?”
Aini
“mengapa pada saat itu bapak
menutup kasus itu tiba-tiba”
Lalan
“karna pada saat itu saya tidak
punya bukti yang cukup”
Aini
“apa bapak punya niat untuk
membuka kasus ini kembali?”
Lalan
“tidak, sudah saya katakan di
awal, saya tidak punya bukti yang cukup.
Hanya ada satu saksi kunci”
Aini
“loofy?”(memotong pembicaraan)
Lalan
“iya”
Aini
“lalu dimana loofy sekarang pak?”
Lalan
“dia meninggal 10 th yang lalu
bersama pembantaian keluarganya”
Aini
“mohon maaf pak, tapi berdasarkan
data yang sudah saya himpun, loofy tak pernah ditemukan dalam lokasi pembunuhan
itu, kemana loofy sekarang pak?”
Lalan
“dia sudah meninggal”
aini
aini
“tolong saya pak, saya adalah
salah satu anak jalanan yang pernah di ajar mba loofy, tolong katakan dimana
mba loofy sekarang. Karna kasus itu bapak tutup, banyak orang dari desa saya
yang dikambing hitamkan. Termasuk ayah saya.”
(menangis) “ ayah saya dipenjara
atas kejahatan yang tak pernah dilakukannnya pak, dan saya ingin membersihkan namanya, tolong
pertemukan saya dengan mba loofy”
Lalan
“itu tidak mungkin… loofy sudah meninggal 10 th yang
lalu”(marah)
“Sekarang kamu pergi, saya paling
tidak suka dengan orang yang sok tau, arogan dan keras kepala
sepertimu”(usirnya)
Aini
“baik pak terima kasih”
Aini menuju pintu keluar
Lalan
“aini”(memanggil tiba-tiba)
Aini berbalik, lalan
memandang lekat wajah gadis yang ada di
hadapannya, sejenak dia mirip loofy 10 th yang lalu, sok tau arogan dan keras
kepala. Dipandangnya mata aini dalam-dalam
Scene 2
10 th yang lalu Di korkom
HmI.....
Loofy termenung menatap
anak-anak yang sedang mengamen disebrang jalan
Lalan
“kenapa fy?”
Loofy
(tersenym getir) “tak apa mas,
miris saja melihat anak-anak itu. Harusnya mereka jam segini berada di sekolah,
bukan mengamen.” (memandang lalan) “lalu dimana anggaran pendidikan yang 20%
itu?”
Lalan
(tersenyum) “naluri gurumu sudah
muncul rupanya”
Loofy
“Ini bukan sekedar naluri mas, ini adalah permasalahan
bangsa kita yang tak berkesudahan. Kenapa biaya pendidikan kita sangatlah
mahal? Apakah benar di negri ini anak miskin tak boleh sekolah, lalu kemana anggaran
negara senilai 286,6
triliun untuk pendidikan itu?”
Lalan
“menurutmu?”
Loofy
(menggelengkan kepala)
Lalan
“anggaran pendidikan kita hanya
jatuh untuk kesejahteraan guru fy, sekarang ga ada guru yang miskin. Kamu tau
kenapa? Karna anggaran yang 20% itu sebagian besar dialokasikan untuk
kesejahteraan mereka,
komposisi atau porsi anggaran gaji dan tunjangan guru mencapai 55 persen dari
total anggaran pendidikan, bukan kepada anak-anak itu”
(menunjuk pada anak-anak yang sedang mengamen)
Loofy
“ bukankah kesejahteraan guru
juga patut kita perhitungkan mas?”
Lalan
“ironis bukan? Ketika sebuah
pengabdian dipandang sebagai profesi,pengabdian itu hanya butuh keikhlasan
bukan bayaran. aku rasa guru jaman
sekarang bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa, melainkan tanpa tanda tangan.
Tanpa tanda tangan saja mereka dapat gaji. Entah ini akibat dari pengaruh kapitalis atau apa.
Pendidikan tak lagi dijadikan sebagai sarana untuk memanusiakan manusia, tapi
sebagai tempat untuk mencetak
buruh-buruh profesional. Lalu bagaimana dengan cita-cita bangsa yang sudah
termaktub dalam undang-undang dasar?”
Loofy
“aku masih belum mengerti
maksudmu”
Lalan
“kamu sendiri?untuk apa kamu
masuk tarbiyah? Apa agar bisa menjadi guru?”(sindirnya) “kalau demikian, apa
salah jika aku berpendapat kalau sekarang guru sudah dijadikan sebagai
profesi?”
Loofy
“sejak kecil aku ingin menjadi
guru mas, tanpa pernah tahu, apakah
gajinya tinggi atau tidak.
Cita-citaku adalah membangun sekolah gratis untuk anak-anak miskin”
Lalan
“mulia cita-citamu, kapan akan
direalisasikan?”
Loofy
“nunggu jadi orang kaya mas,
makanya aku bertekat untuk jadi orang kaya.”
Lalan
“mau melakukan kebaikan kok mesti
nunggu kaya. Lakukan dari yang kecil dulu. Bisa ga kamu ngumpulian anak-anak
jalanan itu untuk sekolah. Kumpulian aja disini, lalu kamu ajari mereka membaca
dan menulis. Itu lebih baik dari pada seorang guru yang saat ini berlomba-lomba
sertifikasi naik golongan” (mengusap kepala loofy seraya pergi)
Scene 2
Loofy mengumpulkan
anak-anak jalanan di korkom
Loofy
“selamat siang adek-adek”
Anak-anak
“siang mba”
Loofy
“gini, mba akan ngajari kalian
membaca dan menulis, disini siapa yang sudah bisa membaca dan menulis?”
Anak-anak
(saling menatap)
Loofy
(heran) “ oh ya sudah, tenang mba
akan ngajarin kalian menulis”
Doni
“tapi mba aku ga punya buku”
Loofy
“untuk buku dan pencil nanti akan
mba bagikan satu-satu”
Aini
“tapi mba, aku ga punya seragam
dan sepatu. Emangnya boleh sekolah tapi ga pake seragam dan sepatu”
Loofy
(mendekat dan mengelus aini)”
siapa namamu?”
Aini
“ aini “
Loofy
“aini, sekolah itu ga harus
berseragan, ga harus bersepatu. Sekolah itu di mulai dengan niat yang tulus
untuk menuntut ilmu, contohnya mba. Sekarang mba juga masih sekolah. Dan mba ga
pernah pakai seragam kalau ke sekolah”
Aini
“ apa mba ga punya uang?”
Loofy
“kenapa aini ngomong begitu?”
Aini
“ karena di tempat tinggal aini
yang dulu, orang ga boleh sekolah kalau ga punya seragam mba. Aini ga sekolah
karena bapak aini ga punya uang untuk beli seragam”
Afi
“iya mba, di tempatku dulu juga
kalau ga punya uang untuk bayar spp, orang ga
boleh sekolah”
Loofy
(tersenyum getir, miris melihat
kondisi pendidikan di negerinya)”memangnya kalian bukan orang sini?”
Anak-anak
“bukan mba”
Loofy
“terus kalian tinggal disini
dengan siapa?”
Afi
“sama-sama mas ojan”
Loofy
“siapa mas ojan”
Aini
“dia itu ketua kita, dia galak.
Suka nyuruh-nyuruh kita untuk ngamen”
Loofy
“Sekarang kalian tinggal diman?”
Doni
“Di kolong jembatan seberang
sana”
Loofy
“keluarga kalian?”
Anak-anak
(diam)
Loofy
“ya sudah, yang penting sekarang
tiap jam 9 pagi kita ketemu disini ya?”
Anak-anak
“iya mba”
Scene 4
Ditaman, loofy
mendatangangi lalan yang sedang membaca buku
Loofy
“mas”
Lalan
“ya....”
Loofy
“aku mau ,membuat penelitian mas”
Lalan
“tentang?’
Loofy
“human traifiking”
Lalan
“what?”(kaget)
Loofy
“biasa aja kali kagetnya”
Lalan
(menutup KUHPnya) “ human
traifiking itu ga ada fy!”
Loofy
“ada,buktinya anak-anak itu”
(ngotot)”mereka disini ga tinggal sendiri mas, mereka tinggal dengan orang yang mereka panggil
mas ojan. Kalau bukan human traifiking apalagi”
Lalan
“urungkan niatmu dan bubarkan
sekolahmu”
Loofy
“mas ga gila kan? bukankah mas lalan sendiri yang
menyuruhku untuk mengumpulkan mereka, bukankah mas juga yang menyatakan bahwa
pendidikan sekarang tidak lagi memanusiakan manusia, melainkan mencetak buruh.
Dan sekarang aku ingin memanusiakan manusia mas, agar tak ada lagi pandangan
bahwa guru sekarang tidak layak disebut sebagai pahwalan tanpa tanda jasa.
Untuk membuktikan pada mas bahwa sarjana pendidikan tidaklah menjadikan guru
sebagai profesi semata, melainkan pengabdian”(marah)
Lalan
“jadi kamu tersinggung dengan
ucapanku kemarin?”
Loofy
“bukan tersinggung, tapi
tersindir darah mudaku memanas, segitu dangkalnya kah pemikiran anak-anak hukum
tentang arti seorang guru. Guru memang pengabdian mas, bukan profesi. Dan
pengabdian hanya butuh keikhlasan, bukan bayaran. Tapi apakah selamanya
keikhlasan itu diartikan melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan? Lalu
bagaimana dengan mas lalan setelah menjadi pengacara atau jaksa nanti? Mas
digaji juga kan? lalu apakah bisa aku artinya mas ga ikhlas dalam menegakkan
hukum?”
Lalan
(pergi)” sudahlah, aku tidak
ingin berdebat denganmu. Yang jelas aku tidak mengijinkanmu tentang human
traifiking itu, human traifiking itu hanya
isu”
Scene 5
Disebuah perkampungan
kecil, loofy memainkan kameranya mengshoot tiap sudut dari desa yang jauh dari
hingar-bingar kota.
Tiba-tiba di ujung jalan ada yang membungkam mulutnya dan
menyeretnya ke sebuah rumah kecil
Loofy
“apa-apan sih loe!”(ucapnya
begitu bungkamannya terbuka) “mas
lalan?” (kaget setelah melihat siapa yang membungkam mulutnya)
Lalan
(menempelkan telunjuk di
bibirnya)” shut, janhgan keras-keras”
Loofy
“mas lalan ngapain disini?”
Lalan
(duduk di bakursi plastik) “jadi
penyusup”
Loofy
“penyusup?”
Lalan
“iya, untuk menyelidiki kasus
human traifiking di daerah ini.”
Loofy
“jadi mas lalan percaya sama
aku?”
Lalan
“ikh GR, kasus ini sudah lama
menjadi perbincangan dikalangan mahasiswa hukum, namun disinyalir kasus ini
melibatkan orang-orang penting didaerah ini, maka dari itu aku melarangmu untuk
mengusut kasus ini, ini terlalu beresiko untuk seorang.....”
Loofy
“perempuan?”(potongnya)
Lalan
“iya”(menuangkan air minum dan
memberikannya pada loofy)
Loofy
(menerima air minum)”kalian para
lelaki mengapa selalu merasa sok jago dan selalu meremehkan perempuan? Tidakkah
kalian sadar aisyah adalah seorang perempuan, tapi dia pernah menjadi panglima perang. Tidakkah
kalian sadar apalah artinya julius caesar dan mark anthoni tanpa cleopatra.
Tapi mengapa di jaman yang modern ini kalian masih saja meremehkan perempuan”
Lalan
(tertawa)” aku tau betapa
berpengaruhnya perempuan di dunia ini, bahkan banyak orang yang menyatakan.
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang banyak dikelilingi perempun,
contohnya Muhammad, Soekarno mereka adalah pemimpin yang besar yang dibaliknya
ada perempuan-perempuan hebat, tapi aku ini sayang sama kamu, kamu ini baru
semester 5, kalau ada apa-apa gimana?”
Loofy
“pokoknya aku mau ikut”
Lalan
“sebaiknya kamu pulang saja”
Scene 6
5 bulan kemudian,di taman
kampus fakultas hukum
Loofy
(datang menghampiri lalan)”
mengapa mas lalan ga pernah bilang” (menangis)
Lalan
(bingung) “tentang apa?”
Loofy
(marah)”ayahku! Mas lalan sudah
taukan kalau ayahku terlibat dalam kasus human traifiking ini, dan orang
penting yang mas lalan maksud adalah ayahku?”
Lalan
(menghembuskan nafas)” apa yang harus aku lakukan fy, tolong beri
tahu aku bagaimana caranya agar aku tidak melukai hatimu. Posisiku serba salah
fy. Andai saja dari awal aku bilang, mungkin kamu ga akan percaya, kamu akan
marah padaku. Hingga kuputuskan
sebaiknya kau tahu berdasarkan analisismu saja.”
Loofy
“apa yang harus aku lakukan
mas”(berlutut)
Lalan
“pulanglah, jangan biarkan aku
melihatmu menangis”( meninggalkan loofy)
Scene 7
Disebuah rumah besar, 2
hati yang dikuasai emosi duduk salaing berhadapan
Pak Camat
“jadi kamu sudah tahu, ayah berada
dibalik semua kasus penjualan anak di kota ini?”
Loofy
“ayah?orang sepertimu sudah tidak
lagi layak disebut sebagai ayah”(menangis) “andai kutahu dari dulu, siapa
sebenarnya ayah yang selama ini aku banggakan. Kau orang tua juga kan?kau punya
anak juga kan. Tidakkah kau berfikir bagaimana rasanya jika anakmu yang yang
dijual, jika anak-anakmu yang disuruh mengemis,tidakkah ayah pikirkan juga
bagaimana air mata orang tuanya yang menetes tiap kali memikirkan nasib
anaknya?” (marah)
Pak
Camat
“aku melakukan ini juga untuk
kalian, anak-anakku tercinta, untuk sekolahmu!”
Loofy
“aku ga sudi dinafkahi dengan
uang haram!”
Diam sejenak
Pak
Camat
“sekarang kau sudah tahu,
silahkan penjarakan aku.”
Loofy
“tentu”
Pak
Camat
“ya tentu, jika seorang anak salah,
orang tua akan memaafkannya dan akan melindunginya. Tapi jika orang tua yang
salah, seorang anak hanya akan menghujatnya. Itu sudah jadi ketetapan alam”
Loofy
“keadilan tak pernah memandang
silsilah keluarga ayah, yang salah tetap salah”
(tiba-tiba
masuk sekelompok orang yang tak dikenal)
Pak
Camat
“lari loofy.....bawa pergi ibu
dan adik-adikmu, ayah mohon”
Loofy
“lalu bagaimana dengan ayah?”
Pak
Camat
“jika ini suatu dosa, maka
ijinkanlah ayah menebusnya, sekarang kamu pergi”
Loofy
pergi meninggalkan ayahnya menuju kamar dimana ibu dan kedua adiknya berada,
sayangnya jumlah tamu yang tak di undang terlalu banyak, loofy hanya bisa
menyalakan kamera dan menaruhnya diatas lemari, dia pasrah melihat pembantaian
keluargamnya hingga sebuah benda tajam mengenai dahinya sampai ia terjatuh.
Scene 8
Di ruang rumah sakit,
lalan masih setia menjaga loofy yang sudah 3 hari pingsan.
Loofy
“siapa kamu?”( kaget malihat
lalan)
Lalan
(tersenyum)” dzikri, kamu sudah
sadar?”
Loofy
“siapa dzikri?”
Lalan
“namamu dzikri, aku lalan
tunanganmu. Dokter bilang kamu kehilangan memory saat terjatuh dari kendaraan”
Scene 9
1 bulan kemudian
Di halaman rumah sakit, loofy duduk di meja
panjang sambil memikirkan mimpi-mimpi buruknya yang terus menghantuinya setiap
malam, baginya mimpi itu seperti nyata, mimpi tentang pembunuhan.
Lalan
(mengagetkan loofy)”hai, gimana
kabarmu?”
Loofy
(berganti posisi duduk)
Lalan
“mimpi buruk lagi?”(duduk
disebelah loofy)
Loofy
“aku rasa itu bukanlah sekedar
mimpi, kumohon jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?”
Lalan
(menarik nafas panjang)”mungkin
ini sudah saatnya aku menceritakan siapa kamu
sebenarnya, namamu loofy bukan dzikri. Kamu bukanlah tunanganku seperti yang
kukatakan pada saat itu. Aku melakukan itu karna permohonan dokter untuk tidak
mengingatkanmu kejadian pahit itu”
Loofy
“kejadian pahit apa?”(potongnya)
Lalan
“tentang pembunuhan yang
melibatkan semua keluargamu”
Loofy
“jadi benar selama ini, apa yang
aku lihat bukanlah mimpi?”(menangis)
“tapi mengapa sampai saat ini aku
tak ingat apa-apa?”
Lalan
“aku masih mengembangkan kasusmu,
untuk mencari orang-orang yang membunuh keluargamu, untuk saat ini namamu
adalah dzikri. Ini demi keamananmu, mereka ga boleh tahu kamu masih hidup”
Loofy
“apakah semua keluargaku tewas”
Lalan
“iya, kamu jangan kuatir, aku akan
segera menangkap orang-orang itu”
Loofy
“apakah ini sebuah takdir?”
Lalan
(membuka telapak tangan
loofy)”lihatlah garis-garis ditelapak tanganmu”(menyentuh setiap garis tangan)
“inilah yang dinamakan garis
takdir, ada garis nasib, garis jodoh, garis rejeki, tapi coba kamu genggam
tanganmu”(menutut tangan loofy)
“lihatlah! takdirmu ada dalam genggamanmu,
kau adalah penentu dari setiap nasibmu”(kembali menunjuk garis-garis yang
diluar genggaman)
“tapi coba kamu perhatikan ini,
ada garis-garis yang tidak mampu kau genggam, inilah yang disebut dengan kuasa
Tuhan, sesuatu yang tidak dapat kau lakukan , sesuatu yang berada diluar
jangkauanmu dan hanya mampu dilakukan Tuhan”
(memandang loofy)
“jadi kesimpulannya, takdirmu ada
ditanganmu, namun jika sesuatu yang tidak kau inginkan terjadi, itu semata
karna kuasa Tuhan. Jangan salahkan dirimu fy.....”
Scene 10
Lalan datang menuju kamar
dimana loofy dirawat dengan membawa kamera
Lalan
“loofy, aku punya kabar baik
untukmu, aku sudah menemukan bukti pembunuhan keluargamu”
(karena loofy tidak ada di kamar,
maka lalan mendekati kamar mandi)
“kamu di didalam fy?”(mengetuk
pintu kamar mandi)
(menuju meja dan mengmbil sebuah
memo)
Lalan,
maafkan aku. Aku tak bisa terus bertahan seperti ini, aku tak mungkin hidup
dibalik diri orang lain. Ini mungkin terlihat mudah bagimu, tapi tidak untukku
. lan, andai saja kau tau bagaimana rasanya menjadi orang lain dalam diri sendiri. Aku tak mengenal siapa
aku ini lan? Maafkan aku, telah merepotkanmu selama ini. Anggap saja ini adalah
bagian dari takdirku, bagian dari kuasa Tuhan yang berada diluar jangkauanku.
I’m so sorry
Who
i’m i?
Lalan
“loofy!!!!”(berlari keluar)
Lalan berlari sambil
berteriak memanggil naman loofy, sampai akhirnya ia menemukan loofy, berada di
ujung jurang
Lalan
“loofy, jangan!”
(namun sayang loofy sudah
melompat ke jurang)
Lalan turun ke sungai
untuk menyelamatkan loofy, namun sayangnya loofy telah tiada.
Scene 11
Di kantor lalan
Lalan
“aku ga ingin ada loofy loofy
yang lain”
Aini
“ jadi pak lalan menutup kasus
ini begitu saja, pak bapak sadar ga sih. Banyak orang yang menderita karena
keegoisan bapak. Pak lalan adalah seorang jaksa, naluri seorang jaksa adalah
menuntut untuk sebuah keadilan. Tapi
mengapa bapak malah menyembunyikan keadilan”
Lalan
“ini terlalu berbahaya”
Aini
“kalau pak lalan takut serahkan
rekaman pembantaian itu pak, biar saya yang akan menyelesaikan kasus
ini!”(marah)
Lalan
Lalan
menatap foto loofy yang sengaja ia pajang di meja tugasnya,
“baiklah”
Lalan memutuskan untuk
membuka kembali kasus yang dulu pernah ditutupnya.
The
end
0 komentar:
Posting Komentar