HAKIKAT PEKERJAAN DAN KETRAMPILAN MANAJERIAL
oleh: mohamad nur ikhwan
I.
PENDAHULUAN
Manusia sebagai manajer di manapun tidak
luput dari sebuah wadah untuk melakukan kegiatan atau yang disebut organisasi.
Organisasi dapat berupa lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal.
Organisasi tidak akan ada tanpa ada manusia.
Sumber-sumber pendidikan mencakup orang,
uang, bahan pelajaran, media pendidikan, prasarana, sarana, dan informasi.
Sumber-sumber ini tidak selalu tersedia dan berada pada organisasi atau lembaga
pendidikan. Melainkan sering bertebaran ada di sana-sini. Keadaan seperti ini
perlu ditata oleh para manajer agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
lembaga. Untuk maksud itu para manajer membutuhka ketrampilan-ketrampilan
tertentu.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian
Pekerjaan dan Manajer?
2.
Apa
saja Peran dan Tanggung jawab manajer?
3.
Apa
saja ketrampilan yang harus dimiliki manajer?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pekerjaan dan Manajerial
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan
sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan
untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan
organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja diartikan sebagai ungkapan
kemampuan yang didasari oleh pengetahuan,sikap dan ketrampilan motivasi dalam
menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam
manajemen karena berkaitan dengan produktivitas organisasi.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai
penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi untuk
mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi
dan mencapai kebutuhan.[2]
Selain organisasi hal penting lainnya yang
menjadi poin utama dalam manajemen dan organisasi adalah satu orang di balik
layar yang mengatur hubungan semuanya yaitu manajer. Peran utama manajer adalah
sebagai penggerak roda perusahaan utama menuju ke arah tujuan perusahaan.
Manajer adalah orang yang berkewajiban mengatur organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan bantuan orang lain.[3]
Tingkatan manajemen dilihat dari tingakatan
organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1.
Manajemen
Puncak (Top Management)
Manajer bertanggungjawab atas pengaruh yang
ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi.
Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama, CEO (Chief Executive Officer),
CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer). Keahlian
yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian
untuk membuat dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer
dibawahnya.
2.
Manajemen
Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian
interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan
memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan rencana dan
memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi,
direktur produk, kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik.
3.
Manajemen
Bawah/Lini (Low Management)
Manajer bertanggung jawab menyelesaikan
rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada
tingkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, artinya keahlian yang
mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.[4]
B.
Peran
dan Tanggung jawab Manajer
Peranan manajer muncul karena adanya
pemberian otoritas otomatis formal berupa surat keputusan kepada seseorang
sekaligus dengan status dan kedudukannya. Untuk melaksanakan otoritas formal
dan statusnya, setiap manajer minimal mempunyai tiga peranan, yaitu sebagai
interpersonal,informasional, dan pengambilan keputusan.
1. Peranan Interpersonal
Peranan interpersonal meliputi kepala
sekolah/madrasah sebagai: lambang atau simbol (figure art), Kepala sekolah/madrasah sebagai lambang, ia mewakili
sekolah/madrasanya dalam menghadiri acara-acara seremonial, baik resmi maupun
tidak resmi seperti upacara-upacara resmi di sekolah atau madrasah dan
pemerintah/swasta.
Sebagai pemimpin (leader), ia memainkan peranannya sebagai pemimpin, yaitu memimpin
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara
optimal.
Sebagai penghubung (liaison).
2. Peranan informasional
Peranan informasional meliputi: monitor (mencari informasi), ia mencari
informasi di dalam dan di luar sekolah/madrasah secara konstan. Informasi
diperoleh antara lain melalui kontak-kontak jaringan kerja, membaca buku dan
hasil penelitian,membaca Koran, dan memanfaatkan internet.
Sebagai disseminator
(mendistribusikan informasi), ia mendistribusikan informasi-informasi penting
kepada pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua didik, anggota komite
sekolah/madrasah, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah, dan masyarakat.
Sebagai spokesperson,
ia bagaikan seorang diplomat. Sebagai seorang diplomat sebagai seorang diplomat
ia harus mampu berbicara dengan penuh diplommasi dan mampu membuat pendengarnya terpesona dan siap
melaksanakan yang ia bicarakan.
3. Pengambilan Decisional
Peranan decisional
meliputi: enterpreuner, disturbance, resource allocator dan negotiator. Kepala sekolah/madrasah
sebagai enterpreuner, ia kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya dengan menciptakan produk/jasa
pendidikan..[5]
C.
Ketrampilan
Manajerial
Ada tiga macam ketrampilan manajer yaitu
ketrampilan konsep, ketrampilan kemanusiaan, dan ketrampilan teknik.
Ketrampilan konsep ialah ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan
organisasi, sedangkan ketrampilan manusiawi adalah ketrampilan untuk bekerja
sama, memotivasi, dan mengarahkan, sementara itu ketrampilan tekhnik ialah
ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas tertentu.[6]
1.
Ketrampilan
Konsep
Untuk memiliki ketrampilan manajer terutama
ketrampilan konsep, para manajer tertinggi (top manajer) diharapkan:
a.
Selalu
belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para bawahan.
b.
Melakukan
observasi secara terencana tentang kegiatan manajemen.
c.
Banyak
membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
d.
Memanfaatkan
hasil-hasil penelitian orang lain
e.
Berfikir
untuk masa yang akan dating, dan
f.
Merumuskan
ide-ide yang dapat di uji-cobakan
Ada dua
macam strategi ialah strategi umum dan strategi khusus. Strategi umum bisa
berupa salah satu dari upaya mempertahankan stabilitas, pengembangan,
pemotongan/pengurangan, atau kombinasi dari ketiganya. Sedangkan strategi
khusus ialah bergerak dalam segi layanan/produksi, proses, pemasaran/pemakaian
lulusan, dan keuangan.
Dalam
strategi khusus ialah bermaksud membuat para pelaksana pendidikan memanfaatkan
kompetensinya secara maksimal sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat
disediakan oleh lembaga. Mencakup usaha melakukan penampilan yang terbaik dalam
melayani kebutuhan siswa/mahasiswa, membimbing mereka belajar, mengusahakan
agar mereka dapat meneruskan studi atau segera dapat bekerja, dan bagaimana
mencari sumber-sumber dana yang baru serta bagaimana memakai dana secara
efisien.[7]
Suatu
contoh, sekolah menengah diharapkan meningkatkan mutu pendidikannya tidak hanya
pada aspek kognisi dan ketrampilan, tetapi juga pada aspek afeksi. Diharapkan
sekolah itu mengembangkan siswa-siswa menjadi individu-individu yang pandai,
cerdas, terampil, dan berbudi luhur serta taat beragama.
Tidak
mungkin mengambil strategi mempertahankan kestabilan sebab pendidikan harus
lebih maju. Bila strategi pengembangan diambil masih diragukan kemampuan para
petugas dalam menangani afeksi sejumlah besar siswa pada jam-jam belajar dan
jam-jam istirahat. Bila strategi pengurangan diambil, dikhawatirkan kalau-kalau
masyarakat menentang sebab mengurangi kesempatan belajar putra-putrinya. Lagi
pula hal ini bertantangan dengan kebijakan pemerintah.
Satu-satunya
cara ialah melakukan musyawarah antara pihak sekolah, kantor pendidikan, dan
masyarakat. Manajer mengemukakan tujuan kemudian menguraikan hasil analisisnya
terhadap factor-faktor yang berkaitan dengan strategi-strategi yang perlu
diambil. Selanjutnya peserta musyawarah diberi kesempatan mengajukan pendapat,
usul, maupun keberatan- keberatannya. Mungkin mufakat ini melahirkan strategi
kombinasi.[8]
2.
Ketrampilan
Manusiawi
Hampir ketiga tingkat manajer harus menguasai
ketrampilan manusiawi, walaupun diharapkan yang paling terampil adalah para
manajer madya (middle management), sebab ketganya menghadapi manusia.
Ketrampilan manusiawi pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk mengadakan
kontak hubungan kerja sama secara optimal kepada orang-orang yang diajak
bekerja dengan memperhatikan kodrat dan harkatnya sebagai manusia.
Tujuan mengadakan antar hubngan kerja sama
dengan para bawahan dalam suatu organisasi iaah agar para bawahan itu dapat
memanfaatkan potensinya secara optimal dalam bekerja demi kepentingan
organisasi dan para anggotanya. Di Indonesia
dalam masa pembangunan ini, para petugas pendidikan diharapkan dapat
menjadi pejuang-pejuang pembangunan yang gigih.
Seorang petugas pendidikan akan bias menjadi
pejuang pembangunan atau akan meningkatkan perjuangan sebagian besar bergantung
kepada kemampuan manajer menggerakkan motivasinya. Oleh sebab itu, sebenarnya
manusia itu bias diatur atau bias diajak berunding untuk mengatur diri bersama.
Kuncinya adalah bagaimana para manajer menangani mereka sebagai bawahan agar
dedikasi dan perjuangan mereka semakin menningkat dalam pendidikan.[9]
3.
Ketrampilan
Teknik
Ketrampilan teknik sebagian besar perlu
dikuasai oleh manajer terdepan. Sebab para manajer terdepan (low management)
berhadapan langsung dengan para petugas pendidikan terutama para pengajar. Para
manajer terdepan sekaligus bertindak sebagai supervisor, yang berkewajiban
membina dan membimbing para pengajar agar mapu mengajar dengan sebaik mungkin.
Dalam kesempatan yang sama mereka juga berkewajiban mengontrol cara kerja para
pengajar.
Supaya dapat membimbing dan mengontrol secara
betul, maka para manajer terdepan perlu paham akan teknik-teknik yang dipakai
dalam memproses siswa/mahasiswa sejak mulai belajar di lembaga itu sampai
lulus. Teknik-teknik ini pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu teknik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan teknik
ketatausahaan.
Pada kelompok teknik pertama anta lain
mencakup teknik mengatur lingkungan belajar dan media pendidikan, menyusun
bahan pelajaran, mengatur suasana kelas, membimbing siswa/mahasiswa belajar,
konseling, menyusun tugas-tugas berstruktur dan mandiri, cara membuat alat ukur
dan cara menilai. Sedangkan kelompok teknik yang kedua antara lain mencakup
ketatausahaan pengajaran, kesiswaan/mahasiswa, kepegawaian/personalia, keuangan,
perlengkapan, dan sebagainya.[10]
IV.
ANALISIS
Kita pada umumnya maklum
bahwa tugas kewajiban guru yang utama adalah mendidik (mengajar). Tetapi agar
tugas tersebut mampu mencapai tujuannya yakni tujuan pendidikan, guru harus
melibatkan diri dalam masalah manajemen. Dalam hal inilah guru berfungsi
sebagai manajer.
Demikian tugas guru
amat kompleks, guru dituntut harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di
sekolah. Guru harus ikut memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolahnya, baik
yang bersifat kulikuler maupun masalah-masalah diluar kurikulum. Suatu
pembaruan pendidikan tidak akan mencapai hasil yang optimal tanpa memperhatikan
keikutsertaan guru secara optimal. Tentu saja yang dimaksud keikutsertaan di
sini adalah program kurikulen dan juga bukan kulikuler.
Demikianlah kiranya menjadi jelas bahwa guru
disekolah tidak hanya mengerjakan tugas-tugas mendidik (mengajaar) saja,
melainkan juga ada tugas-tugas yang bersifat manajemen. Tugas yang belakangan
ini tidak kalah penting dibandingkan
tugas pertama sebab merupakan tugas penunjang yang apabila guru
melalaikannya maka akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan.
V.
KESIMPULAN
Kerja merupakan
kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan
mencarai nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang
telah diberikan atas kepentingan organisasi.
Tingkatan manajemen
dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan
yaitu:Manajemen Puncak (Top Management), Manajemen Menengah (Middle Management),
Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Peran manajer
terbagi menjadi 3 peran besar yaitu; interpersonal, informational, dan
decisional. Interpersonal roles
ketrampilan yang
harus dimili oleh manajer yaitu ketrampilan konsep, ketrampilan kemanusiaan,
dan ketrampilan teknik.
VI.
PENUTUP
Demikian makalah ini penulis buat. Apabila dalam makalah ini ada kesalahan
dan kekurangan mohon dimaafkan, karena penulis manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Penulis meminta kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abeng, tantri. Profesi Manajemen, Jakarta: Gramedia,
2006
Fattah, nanang. Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan
Indonesia, Jakarta:Bina Akasara, 1988
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan
Indonesia; edisi revisi, Jakarta: Bina Rineka Cipta, 2004
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
2010
Usman, Husaini, Manajemen; Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009
Atika
Dennie, Asas-asas Manajemen, (www.mhs.blog.ui.ac.id, 2011) diakses pada tanggal 14 oktober 2011
Wiwin fitriana, Tingkatan manajer dan
keahlian yang harus dimiliki, (www.cerita-wiwinfitriana.blogspot.com, 2010) diakses pada tanggal 14 oktober 2011
HAKIKAT
PEKERJAAN DAN KETRAMPILAN MANAJERIAL
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Dasar – Dasar Manajemen Pendidikan
Dosen
Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC,
M.Ag
Disusun oleh:
Mohamad
Nur Ikhwan
NIM:
103711017
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
[1] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,(Jakarta:
Bina Aksara,1988), hal.217
[2] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2008), hal.19
[3] Atika Dennie, Asas-Asas Manajemen, ( mhs.blog.ui.ac.id
: 2011)
[4] Wiwin Fitriani, tingkatan manajer dan keahlian yang harus
dimiliki ,( www.cerita-wiwinfitriana.blogspot.com: 2010)
[5] Husaini Usman, M.Pd, Manajemen:Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2006), hal.17-21
[6] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004,) hal.204
[7]
Ibid, hal. 207
[8] Ibid, hal. 208-209
[9] Ibid, hal.218
[10]
Ibid, hal.230-231
0 komentar:
Posting Komentar