MEDIA
PEMBELAJARAN
oleh: mohamad nur ikhwan
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata
medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang
secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002;
Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa
sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan
menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang
menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi
menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan
luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan
batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media
merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
untuk belajar.
Dalam dunia pendidikan, sering kali
istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau
sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang
dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan
hasil yang maksimal. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset,
video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan
komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education
Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai
media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang
dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke
pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.[1]
2.
Perkembangan Media Pembelajaran
Pada awal
sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah
dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos
Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang
ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus
(Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku
itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran
manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para pendidik
mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan
pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama
indera pandang – dengar. Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media
pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan
mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah
alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain.
Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit,
memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus
dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan
pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone of
Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan
kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam
pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar
tertentu pada siswa. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio
visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan.
Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang
sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan
belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam
pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para
ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada
saat itu teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk
media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya
teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram). Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar.[2]
3.
Landasan Teori Media Pembelajaran
Ada
beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antaralain
landasan filosofis,psikologis,teknologis dan empiris.
A. Landasan filosofis
Ada suatu pandangan bahwa dengan disunakannya berbagai jenis
media hasil teknologi baru didalam kelas, akan berakibat prosespembelajaran
yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam
pembelajaaran akan terhadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah
dengan adanyaberbagai media pembelajaran jjustru siswa dapat mempunyai banyak
pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologis tidak berarti dehumanisasi.
B. Landasan psikologis
Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan
konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada
beberapa pendapat antara lain:
Pertama, Jerome Brunner, mengemukakan bahwa
dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan
gambaran atau film (iconic representation
of experience) kemudian ke belajar dengan symbol, yaitumenggunakan
kata-kata (symbolic reperetation).
Menurut Brunner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk
orang dewasa.
Kedua,Charles F. Haban, mengemukakan bahwa
sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses
penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling
nyata keying paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang
kongkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman
nyata, kemudianmenuju siswasebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke
siswa sebagai pengamat terhadap kejadianyang disajikan dengan media, dan teraakhir siswa sebagai pengamat
kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan
dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment)
C. Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan
pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar.
Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola
pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai
tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah
dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang
telah disusun dalamfungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta
dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.
D. Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik
belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan
mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media
yang sesuai dengan karakteritistik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang
memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran
menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,video, atau film. Sementara
siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media
audio, seperti radio,rekaman suara, ceramah guru. Akan lebih tepat dan
menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media
audio-visual, berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan
media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus
memperimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik mata
pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.[3]
4.
Ciri Ciri Media Pembelajaran
Menurut Gerlach & Ely (1971)
mengemukakan tiga ciri-ciri media yang merupakan alasan mengapa media
digunakan.
1.Ciri fiksatif (fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan
merekam, menyimpulkan, melestarikan, dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau
obyek. Suatu obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti
photography, video tape, audio tape, disket komputer, dan film dengan media ini
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada satu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2.
Ciri
manipulatif (manipulatif property).
Suatu
kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada peserta didik
dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar atau
time-lapse recording misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian
menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografer di samping
itu juga dapat diperlambat menayangkan kembali hasil rekaman video. Selain itu
juga bisa diputar mundur. Media ini (rekaman video atau audio) dapat diedit,
sehingga seorang guru dapat menampilkan bagian-bagian yang penting saja.
3.
Ciri
disributif (distributive property).
Ciri
distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditrasnspormasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada peserta didik dengan stimulas pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian ini.[4]
5.
Fungsi Media Pembelajaran
Dalam
proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari
sumber (guru) menuju penerima
(siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima
dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Sadiman, dkk
(1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai
berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual;
(ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang
terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb.,
peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video,
fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan
siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap
pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan
pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Dengan
menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan
beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka;
(ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami
siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan
pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih
banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan
tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.[5]
6.
Peran Media Pembelajaran
Adapun
peran media pembelajaran antara lain :
a) Memperjelas
penyajian materi agar tidak hanya bersifat verbal (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau tulisan)
b) Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, karena menurut para ahli kemampuan
daya serap manusia dalam memahami masalah dengan panca indera yaitu:
- Telinga (pendengaran)
13 %
- Mata (penglihatan)
75 %
- Hidung
(penciuman) 3 %
- Kulit
6 %
- Lidah
(rasa)
3 %
c) Penggunaan
media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak
didik.
d) Menghindari
kesalahpahaman terhadap suatu objek dan konsep.
e) Menghubungkan
yang nyata dengan yang tidak nyata.[6]
7.
Klasifikasi Media Pembelajaran
Media
pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik
jenis media. Terdapat lima modelklasifikasi, yaitu menurut; (1) Wilbur Scharmm,
(2) Gagne, (3)Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5)Ibrahim
Menurut
Scharmm, media digolongkan menjadi media rumit,mahal,dan media sederhana.
Scharmm juga mengelompokkan media menutur kemampuan daya liputan, yaitu (1)
liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan
terbatas pada ruangan, seperti film,video,slide,poster audio tape; (3) media
untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer
dan telefon.
Menurut
Gagne, media diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk
didemontrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak,
film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut
dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang
dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh
perilaku belajar, member kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan
alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.
Menurut
Allen, terdapat Sembilan kelompok media, yaitu: visual diam,film,televise,obyek
tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan
sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, allen juga mengaitkan antara jenis
media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat
bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentutetapi
lemah untuk belajar yang lain. Allen
mengungkapkan tujuan belajar, antara lain: info factual, pengenalan visual,
prinsip dan konsep, prosedur, ketrampilan, dan sikap. Setiap jenis media
tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada
tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut
Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan cirri-ciri fisiknya atas
delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis,
gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan
simulasi.
Menurut
Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat
dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proeksi dua dimensi;
media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televise,
video, komputer.[7]
[1] I Wayan
Sukra Warpala, Media Pembelajaran: Arti, fungsi, klasifikasi, dan
karateristiknya, (http//:edukasi.kompasiana.com, 2009 )
[2] Ardan
Sirodjudin, Perkembangan Konsepsi Media
Pembelajaran, (http://ardansirodjuddin.wordpress.com , 2008)
[3]
Daryanto, Media Pembelajaran,(Yogyakarta:
Gava Media, 2010) hal.12-14
[4]
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2255516-ciri-ciri-dan-fungsi-media/
[5] I Wayan
Sukra Warpala, Media Pembelajaran: Arti, fungsi, klasifikasi, dan
karateristiknya, (http//:edukasi.kompasiana.com, 2009 )
[6]
http://www.artikelbagus.com/2011/06/peran-media-pembelajaran.html
[7]
Daryanto, Ibid hal.17-18
0 komentar:
Posting Komentar